Nama: Tasya Nur Sabrina
NPM: 58413804 (1IA03)
Tari Ronggeng Gunung
Tari Ronggeng Gunung adalah sebuah tarian tradisional yang sangat populer di Jawa Barat, dan sekarang hampir tersebar di seluruh Indonesia. Tari Ronggeng itu sendiri adalah jenis kesenian tari Jawa di mana pasangan saling bertukar ayat-ayat puitis saat mereka menari diiringi musik dari rebab atau bioladan gong. Ronggeng mungkin berasal dari Jawa, tetapi juga dapat ditemukan di Sumatra dan Semenanjung Malaya.
Konon, tari ronggeng gunung bermula saat Dewi Siti Semboja menyamar sebagai Nini Bogem (Penari ronggeng kembangg keliling yang di iringi para penabuh gamelan) untuk membalas dendam atas kematian dari kekasihnya yang telah mati di tangan para bajak laut pimpinan Kalasamudra saat ia tengah menuju Pangandara.
Sampai saat ini, ada bukti yang memperkuat cerita itu adalah fakta. Pada tahun 1977, di temukan Candi, di kampung Sukawening, kabupaten Ciamis. Arkeolog menyebut candi tersebut sebagai Candi Pamarican, namun warga setempat menyebutnya sebagai Candi Ronggeng.
Dewi Siti Samboja, sering di kaitkan dengan Dewi Sri Pohaci, yaitu pelambangan kesuburan dalam kegiatan bertani, oleh karena itu tari Ronggeng juga sering dipakai sebagai pengantar upacara adat saat sejak turun ke sawah, menanam padi, memamen, dan syukuran atas keberhasilan panen.
Selain untuk pertanian, tari Ronggeng juga ada di sebagian acara pernikahan, khitanan, penghormatan terhadap tamu khusus dan sebagainya. Tari Ronggeng umumnya di pakai sebagai Alat Penerangan, yang berarti, tari Ronggeng digunakan untuk mengumpulkan penduduk sehingga dapat sekaligus untuk menyampaikan sesuatu yang penting diketahui oleh masyarakat.
Ada versi lain dari cerita tari Ronggeng, dulu ada seorang wanita yang berprofesi sebagai hantu ronggeng, dapat dikatakan ia bersekutu dengan jin agar ia dapat terlihat cantik dan seksi, setiap malam selasa ia akan mandi di sebuah bak kecil sementara (menurut keponakannya sendiri yang pernah liat-aphro) di sekelilingnya ada makhluk gaib yang sedang bermain gamelan dan seorang wanita menggunakan topeng yang menari-nari dengan gerakan yang menakutkan diiringi lagu bangbung hideung ini.
Orang-orang yang tergabung dalam kelompok kesenian ronggeng gunung ini biasanya terdiri dari enam sampai sepuluh orang. Namun demikian dapat pula tukar menukar atau meminjam pemain dari kelompok lain. Biasanya peminjaman pemain terjadi untuk memperoleh pesinden lalugu, yaitu wanita yang sudah berumur agak lanjut tetapi mempunyai kemampuan yang sangat mengagumkan dalam hal tarik suara. Dia bertugas membawakan lagu-lagu tertentu yang tidak dapat dibawakan oleh pesinden biasa. Waktu pada pertunjukan tari Ronggeng memakan waktu yang cukup lama.
Sebelum pertunjukan tari Ronggeng, dibuatkan sesajen yang terdiri atas kue-kue kering tujuh macam dan tujuh warna, pisang emas, sebuah cermin, sisir dan rokok sebagai pelengkap sesaji. Tujuan dari sesajen ini adalah untuk persembahan kepada para leluhur dan roh yang ada di sekitar tempat itu, agar senantiasa menjaga keselamatan para Nayaga, dan juga ronggeng.
Peralatan yang digunakan untuk mengiringi kesenian ronggeng buyung adalah seperangkat waditra yang terdiri dari: dua buah ketipung, sebuah kendang kecil, tiga buah ketuk, kecrek, goong, tutuka, dua buah buyung/juru/klenting (wadah untuk mengambil air), dan saat ini dilengkapi pula dengan gitar listrik.
Selain waditra, perlengkapan lain yang digunakan dalam kesenian ini adalah: sebuah kurungan ayam yang ditutup dengan kain batik untuk menutupi penari saat berganti busana, dlupok (tempat membakar kemenyan), kemenyan, bunga-bungaan, minyak wangi, bunga yang diuntai, dan pakaian penari yang mirip dengan pakaian penari tari srimpi lengkap dengan kacamata hitam.
Saat pertunjukan tari Ronggeng berlangsung, ada hal unik yang terjadi, hal unik ini merupakan ciri khas tari Ronggeng Gunung. Banyak para penonton yang kemudian dengan sukarela ikut menari alakadarnya bersama penari Ronggeng, yang membuat orang orang yang menyaksikan merasa geli, tetapi pada akhirnya suasananya berubah menjadi riuh, ramai, dan semua orang bergembira. Penonton dan penari berbaur tanpa ada batasan yang jelas.