Pada era globalisasi ini, tentu kita sebagai masyarakat Indonesia telah mengerti etika-etika yang harusnya di lakukan dan harusnya sudah bisa membedakan etika yang harus di hindari. Meskipun begitu, kadang kitapun tidak sengaja melakukan hal-hal yang menurut kita adalah hal kecil, tetapi hal tersebut merupakan hal besar dan hal yang melanggar kode etika.
Jika sekilas mendengar kata revolusi, mungkin yang akan terbayang adalah suatu cara atau inovasi yang baru untuk menghilangkan kebiasaan lama. Tetapi jika mendengar kata revolusi mental? Mungkin sebagian orang berpikir bahwa tidak ada yang salah dengan mental mereka dan pasti akan bertanya, apakah kita butuh revolusi mental dan apa saja yang perlu di revolusikan?
Tentu saja kita membutuhkan revolusi mental, bukan hanya untuk kebaikan diri sendiri, tetapi juga untuk menghargai orang lain, untuk membangun dunia yang lebih tertib. Menyebrang di jalan raya mungkin menurut banyak orang adalah hal yang lumrah, tetapi jika di perdalami lagi, menyebrang adalah hal yang ilegal jika tidak ada zebra cross. Sebagian jalan bahkan mewajibkan orang-orang untuk menyebrang melalui jembatan peyebrangan.
Lantas, apa hubungannya dengan Internet dan New Media? Tentu saja revolusi mental sangat di perlukan dan sangat berkaitan erat dengan Internet dan New Media. Sebut saja, pada aplikasi Winrar, yang jelas sekali kita bisa gunakan seumur hidup tanpa membeli. Padahal, Winrar mewajibkan kita untuk membeli lisensi yang sah.
Gampangnya data yang didapatkan melalui internet, menjadikan kita malas untuk membeli dan menjadikan kita beranggapkan jika kita sudah dapat meraih sesuatu dengan gratis, mengapa harus bayar? Banyak sekali kerugian yang vendor rasakan saat kita tidak membeli lisensi perangkat lunak hanya karena kita berpikir demikian. Padahal hal tersebut adalah hal ilegal dan melanggar HAKI.
Jadi, ayo kita beli barang berlisensi asli mulai dari sekarang.
Saturday, October 17, 2015
Pengenalan Terhadap New Media
Pada era canggih ini, banyak sekali aplikasi yang memanfaatkan internet. Baik pada aplikasi yang tradisional tetapi di kembangkan seiring jaman maupun new media yang memanfaatkan kehebatan internet. Salah satu contoh aplikasi yang memanfaatkan kedua fitur tersebut adalah website 9gag, yang merupakan website hiburan yang berisikan foto dan video dimana user yang menggunakan website tersebut dapat mencurahkan pikiran mereka tentang objek yang bersangkutan.
Sesuai dari kutipan di link ini, teori mengenai konsep new media yang interaktif disebutkan bahwa..
Implementasi terhadap new media dibanding media tradisional sangatlah banyak, seperti:
Sesuai dari kutipan di link ini, teori mengenai konsep new media yang interaktif disebutkan bahwa..
Teori Media Richness pertama kali dikemukakan oleh Richard. L. Daft dan Robert. H. Lengel. Mereka menyatakan bahwa kegunaan suatu media ditentukan oleh “kekayaan”-nya (richness). Teori ini berkaitan dengan pemilihan media komunikasi yang paling tepat untuk menghadapi ketidakpastian dan kerancuan dari suatu informasi yang disampaikan. Teori Media Richness menempatkan media pada suatu rangkaian berdasar pada “kekayaan” penyampaian informasinya, “kekayaan” digambarkan sebagai potensi media tersebut dalam menyampaikan informasi (Daft dan Lengel, 1984:196). Salah satu perbedaan paling nyata yang dapat dilihat dari komunikasi analog atau media lama dengan komunikasi digital atau media baru adalah sinkronisasi waktunya. Memang benar bahwa komunikasi digital telah menawarkan perangkat lunak yang dapat mengakomodasi situasi komunikasi tatap muka, baik antara dua orang ataupun antara satu orang dengan banyak partisipan (seperti dalam ceramah, kuliah, dan lain sebagainya). Namun, walaupun secara umum komunikasi digital tampak mendominasi, potensi terjadinya delayed time sangat besar kemungkinannya (Romizowsky dan Mason, 1997). Delayed time dapat diterjemahkan sebagai waktu yang tertunda pada saat proses penyampaian pesan sampai pesan itu diterima oleh komunikan atau lawan bicara. Hal itu dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti lemahnya sinyal ataupun ketidaksempurnaan aplikasi yang digunakan. Jadi, menurut Daft dan Lengel dalam teori media richness, komunikasi tatap muka langsung dikategorikan sebagai media komunikasi yang “kaya” di mana cara tersebut dianggap lebih tepat untuk mengantisipasi terjadinya situasi yang tidak jelas atau kerancuan (equivocal situations) yang memungkinkan terjadinya interpretasi yang berbeda atas informasi yang disampaikan. Sementara media digital dikategorikan sebagai media “miskin” yang kurang tepat karena berpotensi menciptakan situasi penyampaian pesan menjadi tidak jelas.
Lebih lanjut lagi, Daft and Lengel mengusulkan empat faktor untuk menilai “kekayaan” media, faktor-faktor tersebut adalah: 1) Kemampuan feedback (feedback capability), yaitu kemampuan media untuk memberi respons dengan segera; 2) Keragaman isyarat komunikasi yang dapat dimanfaatkan, contohnya tidak hanya informasi yang secara verbal saja yang disampaikan tetapi juga informasi yang bersifat non-verbal seperti ekspresi wajah dan gerak tubuh; 3) Variasi bahasa, yaitu kemampuan untuk menjembatani pembicaraan dengan berbagai termasuk beberapa bahasa yang natural; 4) Fokus personal pada sumber, yaitu kemampuan media untuk menyampaikan perasaan personal dan emosi dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (Daft dan Lengel, 1984). Karena itu, dapat disimpulkan menurut faktor-faktor tersebut percakapan face to face atau tatap muka adalah media yang paling kaya sebab pihak komunikator dapat menerima respons dengan segera atas seberapa baik pihak komunikan dalam mendengar dan memahami pesan yang disampaikan, dan juga berbeda dengan media komunikasi yang disebut “miskin” seperti e-mail atau media digital lainnya yang kurang mengantisipasi perasaan personal, emosi dan spontanitas para pihak yang terlibat. Ketika pihak komunikan mengisyaratkan adanya bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau isyarat lisan yang menandakan kebingungan atau merasa tidak tertarik dengan informasi yang disampaikan, kedua pihak dapat langsung meminta respons tanpa adanya delayed time. Kesimpulannya, konsep media baru memang sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kontemporer dewasa ini, yang juga menawarkan berbagai fungsi kemudahan dalam berkomunikasi yang tidak dapat dipungkiri lagi manfaatnya. Namun, jika terjadi tingkat kerancuan penerimaan pesan yang tinggi, maka jangan lupa bahwa kita masih dapat menggunakan media komunikasi yang paling “kaya”, yaitu komunikasi tatap muka langsung.
Implementasi terhadap new media dibanding media tradisional sangatlah banyak, seperti:
- Digitalisasi (dari koran, radio, TV),
- Model berita yang realtime (aktual, breaking news),
- Konvergensi (teks, foto, video),
- Adanya interaksi dengan konsumen (kontribusi, kontrol),
- Reader driven (pembaca punya kuasa karena banyak pilihan) dan kebiasaan membaca sambil bergerak (mobile readership).
Ini merupakan contoh-contoh fitur pada aplikasi new media:
- Fitur pada Facebook
Ini adalah beberapa contoh fitur pada Facebook:
1.
Umum
·
Chat, Messages, Inbox
·
Networks, Groups, and Like Pages
·
News Feed, Notifications
·
Phone
·
Status Updates, Wall
2.
Aplikasi
·
Events
·
Marketplace
·
Notes
·
Places
·
Platform
·
Questions
·
Photos
·
Videos
Adapun fitur yang terdapat dalam Twitter adalah sebagai
berikut:
· Kicauan (tweet)
·
Konten
·
Format
·
Topik hangat
·
Aplikasi dan seluler
·
Verifikasi akun
- Fitur pada Twitter
· Kicauan (tweet)
Subscribe to:
Posts (Atom)